Jakarta - TIDAK banyak yang tahu, bagaimana dekatnya Taufiq Kiemas dan Muhammadiyah. Dua tahun silam, tepatnya Jumat 29 juli 2011, sebuah lift baru
di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah diresmikan. Selain Ketua Umum PP
Muhammadiyah Din Syamsuddin, maka Ketua MPR RI Taufiq Kiemas pun
termasuk yang ikut meresmikan penggunaanlift tersebut. Lha kok Taufiq Kiemas ikut meresmikan?
Ceritanya, suami Megawati Soekarno Puteri tersebut memang sudah lama runtang-runtung dengan
Din Syamsuddin karena sama-sama memiliki visi besar memperbaiki Bangsa
melalui berbagai aksi besar di Jakarta maupun berbagai Kota Besar yang
lain di Indonesia. Alhasil, kedua tokoh ini pun sering bertemu, sering
saling undang. Keduanya tak terhitung lagi berapa kali bertemu dan
saling tukar pandangan membicarakan persoalan Bangsa dan Negara
Indonesia.
Suatu hari, almarhum hadir di PP Muhammadiyah Jakarta. Namun ketika
ingin naik ke lantai 2 yakni ruangan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din
Syamsuddin, TK—panggilan menantu Bapak Proklamator RI ini, mengaku
kesulitan dan nyaris tidak sampai di ruangan Din. Maklumlah, selain
usia, tubuh almarhum memang tergolong besar. Oleh karenanya, meskipun
dengan susah payah, TK pun lalu mencapai lantai 2 gedung di Jl Menteng
Raya 62 Jakarta Pusat tersebut.
Tak disangka, beberapa hari kemudian, TK menelepon Din Syamsuddin dan bermaksud membantu pembangunan liftagar tidak menyulitkan orang yang ingin menaiki gedung berlantai 4 itu. Beberapa saat kemudian, Taufiq Kiemas pun membangun lift lengkap
dengan interior setiap pintunya. Maka dari itu, saat diresmikan, Taufiq
Kiemas pun hadir dan turut meresmikan dengan menggunting pita.
Alhasil, setelah sukses dibangun dan diresmikan, maka TK pun sering
menghadiri acara di PP Muhammadiyah. Selain memudahkan almarhum menaiki
lantai demi lantai, kini lift tersebut sangat membantu banyak
aktifitas yang menghubungan antar lantai tentunya. Bahkan, tidak hanya
menjangkau lantai 4, lift tersebut kini dibangun hingga menjangkau
lantai 5 untuk persiapan penambahan lantai Gedung PP Muhammadiyah. Tidak
bisa dikisahkan, seberapa besar manfaat lift di Kantor Muhammadiyah Pusat ini.
Bantuan Taufiq Kiemas kepada Muhammadiyah tidak hanya itu. Ketika
Universitas Muhammadiyah Prof. HAMKA (Uhamka) di Pasar Rebo membangun
Kampus baru, almarhum Taufiq Kiemas juga membantu biaya pembangunan
gedung tersebut. Berkat bantuannya, maka ribuan mahasiswa Uhamka kini
bisa dengan nyaman menempati kampus megah di kawasan Jakarta Timur ini.
Peresmian Kampus Uhamka, dilakukan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah dan
Taufik Kiemas, serta beberapa pejabat negara seperti Menhut Zulkifli
Hasan yang turut membantu pembangunan Kampus Uhamka. Kampus ini
diresmikan pada 26 Juni 2010, dan hingga sekarang sudah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan keummatan.
Melalui PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), Taufiq Kiemas
juga mendekatkan Muhammadiyah dengan dirinya. Atas prakarsa Muhammadiyah
sebagai salahsatu penggagasnya, maka terbentuklah Bamusi (Baitul
Muslimin Indonesia), salahsatu sayap politik PDIP yang memang disiapkan
untuk membumikan Islam melalui jalur politik di PDIP. Din Syamsuddin
yang menginisasi bersama beberapa tokoh Ormas Islam lainnya, maka Bamusi
berhasil didirikan pada 29 Maret 2007 di Jakarta. Sejak itu, antara
Bamusi dan Muhammadiyah pun sering bertemu dan menggelar aksi bersama
untuk kepentingan umat.
Misalnya pada 1 Oktober 2008, Muhammadiyah dan Bamusi, mengadakan
Shalat Iedul Fitri bersama di Gelora Bung Karno (GBK). Ribuan Islam
mengikuti dengan seksama Shalat Iedul Fitri ini. Beberapa ormas lain
juga ikut menjadi penggagas pelaksanaan Shalat Iedul Fitri bersama itu,
diantaranya Pemuda Pancasila, Angkatan Muda Ka'bah, serta Pelajar Islam
Indonesia. Muhammadiyah dan Baitul Muslimin Indonesia, serta banyak
Ormas tersebut bersama-sama mempersiapkan Shalat Iedul Fitri selama 2
minggu, sejak rapat perdana pada 16 September 2008.
Tidak hanya di Jakarta, Bamusi Daerah pun juga menjalin hubungan yang
baik dengan Muhammadiyah. Sebagai contoh, ketika digelar dialog
menjelang Pilada Jatim, 2012 silam, Bamusi Jatim juga mengundang Rektor
UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) Muhajir Effendi. Banyak Bamusi di
Provinsi lain, juga menyelenggarakan acara serupa, dengan melibatkan
Muhammadiyah setempat.
Ketika HUT Bamusi pada akhir Mei 2013 silam, Ketua Umum PP Muhammadiyah
Din Syamsuddin pun hadir. Pada kesempatan itu, Taufiq Kiemas pun
berpesan, bahwa Bamusi bagaimanapun harus berhasil merebut garis tengah
umat Islam dengan organisasinya tersebut. Sebagai penggagas Bamusi,
Muhammadiyah sangat berkepentingan dengan berdirinya sayap politik PDIP
tersebut, karena tak bisa dipungkiri, untuk membumikan Islam, berdakwah,
dan menyebarkan ajaran serta nilai-nilai Islam, Muhammadiyah tidak
mungkin bisa bekerja sendirian.
Sejak itu, tidak terhitung lagi berapa kali Taufiq Kiemas hadir ke
Muhammadiyah bertemu Din Syamsuddin dan “jamaah” Muhamamdiyah yang
lain. Bahkan almarhum menjadi narasumber Pengajian Bulanan rutin PP
Muhammadiyah. Pada beberapa kali pertemuan besar Tokoh Bangsa, TK pun
hadir dan turut memberikan pendapat dan masukan bersama tokoh lain.
Meski banyak tokoh lain yang hadir, namun almarhum termasuk salahsatu
tokoh yang sangat disegani oleh tokoh lain karena kesenioran-nya dalam
berpolitik.
Terakhir, almarhum hadir di PP Muhammadiyah pada Pengajian Bulanan dengan tema 'Menegakkan Kedaulatan Negara Dengan Empat Pilar Bangsa'
Kamis (28/3/2013) silam, dan mendapatkan banyak apresiasi positif dari
sekitar 500 peserta Pengajian yang hadir. Almarhum dengan panjang lebar
menceritakan hubungan dirinya dengan sejarah Partai Islam, maupun
hubungan keluarga mertuanya, Soekarno dan Muhammadiyah.
Sekedar diketahui, mertua almarhum, yakni Ir. Soekarno memang seorang
Muhammadiyah. Saksi sejarah tentang Muhammadiyah-nya Soekarno, masih
bisa ditemukan di berbagai tempat. Salahsatunya, adalah adanya dua surat
Soekarno yang saat ini masih disimpan rapi di rumah bekas
pengasingannya di Bengkulu. Surat tersebut ditandatangani Ir. Soekarno,
yang waktu itu menjabat Voorzitter Consul Hoofdbestuur Moehammadijah Daerah Benkoelen. Jabatan Soekarno bisa diketahui juga dari surat tersebut.
Ketika Soekarno diasingkan ke Bengkulu tahun 1938, mertua TK ini
kemudian bertemu dengan banyak tokoh Islam di sana. Salahsatunya adalah
H. Hasan Din, seorang tokoh Muhammadiyah Bengkulu. Hasan Din memiliki
anak perempuan cantik bernama Siti Fatimah yang kemudian diperistri
Soekarno. Mungkin anda tidak tahu, siapa Siti Fatimah? Beliau adalah
Fatmawati, Ibunda Megawati Soekarno Putri. Setelah menikah dengan
Soekarno, Siti Fatimah mengganti nama dirinya dengan Fatmawati.
Dari perkawainannya dengan Fatmawati, Soekarno dikaruniai 5 anak:
Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarno Putri,
Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputri. Dari kesekian anak
Fatmawati, Megawati-lah yang berhasil menapak dunia politik hingga
menjadi Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid pada 2001 silam. Hal itu
tidak bisa terlepas dari peran suami Mega, almarhum Taufiq Kiemas yang
wafat di Singapura dan dimakamkan Minggu (9/6/2013) hari ini.
Oleh karenanya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pun dari
Malang meminta kepada segenap warga Muhammadiyah untuk turut melakukan
Shalat Ghaib atas wafatnya menantu Proklamator RI itu.
*) Mustofa B Nahrawardaya, Anggota Majelis Pustaka & Informasi PP Muhammadiyah, Koordinator IJF (Indonesia Journalist Forum), bisa dihubungi di twitter: @MustofaNahra.